I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistematika mikrobia merupakan ilmu yang mempelajari
keanekaragaman mikrobia dan hubungan antar sesamanya, baik hubungan yang
bersifat kemiripan (fenetik) maupun yang bersifat kekerabatan (filogenetis).
Cakupan kajian dalam sistematika meliputi klasifikasi, tata nama, dan
identifikasi. Klasifikasi merupakan suatu alat untuk mengelompokkan organisme
ke dalam suatu kelompok (takson) berdasarkan hubungan kemiripan ataupun
kekerabatan. Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengelompokkan dan
penyusunan organisme dalam satu golongan yang disebut taxa. Hal ini dilakukan
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu sebagai pembeda yang digunakan dalam
penggolongan organisme. Dalam taksonomi organisme terdiri dari tiga bagian,
yaitu nomenklatur, klasifikasi, dan identifikasi. Nomenklatur merupakan
kegiatan pemberian nama, sedangkan identifikasi berarti penetapan organisme
menggunakan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam klasifikasi. Klasifikasi
adalah tahap pengelompokkan suatu mikrobia berdasarkan sifat-sifat beda. (
Nicklin 1999 ).
Bakteri adalah domain yang terdiri dari makhluk hidup yang
tidak memiliki membran inti (prokariota). Bakteri memiliki beragam variasi
bentuk, seperti coccus, basil, dan spiral, serta dapat hidup soliter maupun
berkoloni. Habitat bakteri sangat bervariasi dari air, tanah, udara, hingga
dalam tubuh hewan. Bakteri umumnya tidak memiliki pigmen sehingga tidak berwarna
dan hampir tidak kelihatan karena tidak kontras dengan medium dimana mereka
hidup (Dwidjoseputro 2005).
Identifikasi dan klasifikasi bakteri yang belum dikenal dari suatu
spesimen, hal utama yang harus dilakukan adalah dengan memperoleh biakan murni
dari masing-masing organisme sebelum dilakukan berbagai langkah dalam
pengidentifikasian untuk klasifikasi. Pengklasifikasian
bakteri memiliki beberapa kesulitan, kriteria dalam klasifikasi bakteri berbeda
dengan mengklasifikasikan tumbuhan tingkat tinggi ataupun hewan tingkat tinggi.
Hal ini didasarkan terutama pada sifat-sifat morfologinya. Klasifikasi bakteri
didasarkan pada sebagian sifat-sifat morfologi dan sifat-sifat fisiologinya
termasuk imunologi. Pada dasarnya bakteri ketika di bawah mikroskop menunjukkan
bentuk morfologi yang sama, namun sifat-sifat fisiologi mereka berlainan antara
yang satu dengan yang lain. Ada beberapa golongan bakteri yang sama bentuknya,
namun yang berlainan fungsi dalam melangsungkan metabolisme. Ada pula suatu
golongan yang dapat menyebabkan suatu penyakit, sedang golongan yang lain
tidak, sehingga dari karakter tersebut bakteri
dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat morfologi (Waluyo 2004).
Terdapat tiga cara
klasifikasi yaitu klasifikasi artifisial, klasifikasi fenetik, dan klasifikasi
filogenik. Salah satu penerapan klasifikasi fenetik adalah pada taksonomi
numerik (numerical taxonomy) (Boone and Castenholz 2001). Taksonomi
numerik merupakan suatu kajian kekerabatan taxa dengan mengaplikasikan nilai
similaritas setiap karakter sehingga terdapat tingkatan kategori berdasarkan
indeks similaritas. Sistem taksonomi ini digunakan sebanyak-banyaknya sifat
kemudian dicari index similaritas (IS) dari mikrobia yang akan dikelompokkan
(disebut OTUs). Ada dua macam Koefisien Asosiasi yaitu Simple Matching
Coefisient (SSM) dan Jaccard Coeficient (SJ). Pada SSM semua sifat yang ada
dilihat dan digunakan. Sedangkan pada SJ tidak memperhatikan sifat yang
sama-sama tidak dimiliki (negatif). Kemudian dari matriks IS tersebut, akan
diperoleh dendogram. Adapun dalam pengklasifikasian bakteri, kriteria yang
dipakai antara lain adalah karakter morfologi yang meliputi ukuran, bentuk,
sifat pengecatan dan lain-lain. Karakter kultur dan karakter koloni, meliputi
bentuk koloni, elevasi, translucency dan warna. Karakteristik biokimia,
meliputi fermentasi, hidrolisis, produksi indol, reduksi dan produksi enzym
spesifik. Karakter fisiologi meliputi Range suhu, pH dan lain-lain (Sulia and
Shantharam 1998).
Oleh sebab itu praktikum ini penting untuk dilaksanakan, karena dalam klasifikasi
bakteri menggunakan klasifikasi numerik fenetik yang disatukan untuk
mendapatkan hasil karakter bakteri yang tepat. Pada bentuk dan sifat - sifat klasifikasi yang dilakukan dalam praktikum ini akan
memberikan suatu pembelajaran dan wawasan ilmu kepada mahasiswa
dalam hal pengklasifikasian suatu bakteri.
1.2.
Tujuan :
Adapun tujuan dari
praktikum karakterisasi bakteri dengan metode taksonomi numerik fenetik adalah:
1.
Memperkenalkan prosedur taksonomi
numerik fenetik dalam klasifikasi bakteri.
2.
Mengidentifikasi bakteri melalui uji
morfologi.
3. Menuntukan bentuk
morfologi koloni bakteri.
4. Menuntukan
bentuk morfologi sel bakteri.
5. Mengidentifikasi
bakteri melalui uji biokimia
6. Menguji
kemampuan bakteri dalam pencairan gelatin.
7. Menguji
kemampuan bakteri dalam mereduksi methylen blue.
8. Mendeteksi
adanya enzim katalase pada bakteri, mendeteksi kemampuan bakteri dalam hal
menghidrolisis kasein dan pati dan mendeteksi kemampuan bakteri menfermentasi
karbohidrat.
1.3 Manfaat :
Manfaat dari praktikum
karakterisasi bakteri dengan metode taksonomi numerik fenetik ini kita dapat memahami prosedur taksonomi numerik fenetik dalam
mengklasifikasi bakteri, mampu mengidentifikasi bakteri melalui
uji morfologi dan dapat melakukan pengidentifikasian bakteri isolat C melalui
uji biokimia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Bakteri
Bakteri
merupakan salah satu jenis organisme yang tidak mempunyai inti sel selayaknya
organisme lainnya. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk
hidup lain yaitu organisme multiselluler, prokariot (tidak memiliki membran
inti sel), umumnya tidak memiliki klorofil, memiliki ukuran tubuh yang
bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1
s/d 5 mikron, memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam, hidup bebas atau
parasit dapat hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah
atau gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan, yang hidupnya
kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan (Yusra
2014).
2.2 Penegertian Klasifikasi Taksonomi Numerik Fenetik
Klasifikasi
mikrobia, terdapat tiga macam cara yaitu klasifikasi artifisial, klasifikasi
fenetik, dan klasifikasi filogenetik. Contoh penerapan klasifikasi fenetik
adalah pada taksonomi numerik (numerical taxonomy) (Boone dan Castenholz 2001).
Taksonomi dapat dilakukan
secara numerik ataupun secara fenetik, dimana taksonomi secara numerik
(numerical taxonomy), adalah taksonomi yang dikelompokkan berdasarkan pada
informasi sifat suatu organisme yang dikonversikan ke dalam bentuk yang sesuai
untuk analisis numerik dan dibandingkan menggunakan komputer, ada atau tidaknya
sekurang-kurangnya 50. Taksonomi numeric (Taksonomi Adansonian) memiliki tujuan utama yaitu
untuk menghasilkan suatu klasifikasi yang bersifat teliti, reprodusibel serta
padat informasi. (Boone dan Castenholz 2001). Taksonomi numerik diawali
dengan analisis karakter yang diuji dengan berbagai uji, antara lain: uji
morfologi, fisiologi dan sifat biokimiawi yang menghasilkan data fenotip yang
beragam, data fenotip yang didapat, diolah lebih lanjut sehingga menghasilkan
koefisien similaritas, yaitu sebuah fungsi yang mengukur tingkat kemiripan yang
dimiliki oleh dua atau lebih stain mikroba yang dibandingkan, yang diperoleh
dari karakter yang dibandingkan antar dua atau lebih strain mikroba. Koefisien
ini terdiri atas dua jenis yaitu, Simple Matching Coeficient (Ssm) merupakan
koefisien similaritas yang umum digunakan pada ilmu bakteriologi untuk mengukur
proporsi karakter yang sesuai, baik hubungannya bersifat ada (positif) maupun
tidak ada (negatif). Sedangkan Jaccard Coeficient (SJ) dihitung, tanpa
memperhitungkan karakter yang tidak dimiliki oleh kedua organisme tersebut (Pelczar
2005).
Berdasarkan
konsep takso spesies, jika indeks similaritas yang dimiliki antar mikrobia ≥
70% maka mikrobia tersebut dapat dikatakan merupakan spesies yang sama (Priest
dan Austin 1993). Fenetik
merupakan suatu studi klasifikasi berbagai macam organisme berdasarkan kesamaan
atau kemiripan morfologi dan sifat lainnya yang bisa diobservasi tidak
tergantung pada asal evolusi organisme bersangkutan
dan pada analisis
filogenetik. Taksonomi fenetik merupakan suatu sistem klasifikasi mikroba tanpa
mempertimbangkan sifat evolusioner. Pengukuran kekerabatan berdasarkan sifat
fenotip dan genotip, misalnya penentuan sifat biokimia, morfologi, fisiologi,
kimiawi dan pembedaan DNA. Salah satu cara yang paling mudah dalam
membandingkan Operational Taxonomical Unit (OTU) adalah dengan mencari
jumlah karakter yang identik diantara masing-masing individu yang disebut
sebagai koefisien asosiasi (Stanier et al
1982).
2.3
Kelebihan dan Kekurangan Taksonomi Numerik Fenetik
Kelebihan Taksonomi
numerik didasarkan atas analisis kuantitatif dan lebih bersifat objektif,
reproducible dan padat informasi. Penggunaan taksonomi numerik sering dilakukan
dalam klasifikasi dan identifikasi mikrobia khususnya bakteri (Sembiring 2002).
Kelemahan
metode taksonomi numerik fenotipik terkait tingkat repsodusibilitasnya, metode
fenotik memberikan hasil yang berbeda-berbeda apabila diulang, sehingga dianggap
kurang handal. Selain itu, metode ini juga mengkarakterisasi organisme
berdasarkan produk ekspresi gen yang sangat sensitif terhadap berbagai macam
kondisi lingkungan seperti suhu pertumbuhan, fase pertumbuhan dan mutasi
spontan. Kelemahan metode fenotik ini menjadi dasar pengembangan metode
genotipik berbasis DNA (uji Molekular), sehingga metode genotipik berbasis DNA
menjadi lebih popular dan diterim secara luas karena bersifat reprodusibel,
praktis, menunjukan perbedaan antar spesies yang lebih kontras serta dapat
membantu menghindari duplikasi strain (Ristiati 2000).
2.4 Identifikasi Bakteri Dari Beberapa
Penelitian
Penelitian Isolasi,
identifikasi dan karakterisasi bakteri asam laktat dari dadih susu oleh Rofiq
Sunaryanto dan Bambang Marwoto didapatkan Isolat yang diduga
sebagai Lactobacillus dengan
memenuhi kriteria mempunyai sifat katalase
negatif, pewarnaan Gram-positif, nonmotil,
dan bentuk sel batang. Identifikasi
Isolat Lactobacillus (Sunaryanto
dan Marwoto 2013).
Penelitian
Identifikasi bakteri pada depot air
minum isi ulang di kota Manado yang diteliti Perisai P. Rumondor, John Porotu’o dan Olivia
Waworuntu hasil dari pemeriksaan bakteri dari 20 sampel air yang
diperiksa, ditemukan semua sampel menunjukkan pertumbuhan bakteri. Bakteri Gram
positif yang ditemukan pada kultur yaitu 4 sampel, bakteri Gram negatif yang
ditemukan yaitu 5 sampel dan campuran bakteri Gram positif dan negatif yang
ditemukan yaitu 11 sampel. Jenis bakteri yang paling sering ditemu-kan adalah Bacillus
subtilis (Rumondor et
al 2014).
Penelitian Isolasi dan identifikasi bakteri
pektinolitik dari tanah mangrove di Margomulyo Balikpapan, Kalimatan Timur yang
dilakukan Putri M. Al Asna dan Febriani
S. Nugraheni didaptakan Ada lima spesies bakteri pektinolitik yang
berasal dari tanah mangrove di daerah Margomulyo Balikpapan Kalimantan Timur,
yaitu; Vibrio parahemoliticus, Providensia stuartii, Pseudomonas
pseudomallei, Listeria monocytogenes, , dan Bacillus cereus ( Asna et al 2017 ).
III. METODE
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah bunsen, cawan petri, cover glass, erlenmeyer,
gelas beaker, gelas objek, hot plate, jarum ose, keranjang, kertas merang,
mikroskop, pipet tetes ,rak tabung reaksi, tabung reaksi, dan tutup testube.
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah medium NA miring, medium NA tegak,
Medium NA plate, medium pati, medium gelatin, medium agar susu skim, bakteri
isolat C, alkohol, Nutrient Broth (NB), aquades, metilen blue, kristal violet,
iodin, safranin, JKJ, larutan H2 O2
, endospora, malachite green, kertas merang, glukosa cair, sukrosa cair,
maltosa cair, dan laktosa cair.
3.3 Cara kerja
3.3.1 Morfologi Koloni
A. NA Miring
1.
Isolat bakteri C dipersiapkan.
2.
Jarum ose bulat disterilkan.
3.
Bakteri isolat C diambil secara aseptis
dengan menggunakan jarum ose bulat.
4.
Isolat pada jarum ose distreak lurus
pada medium NA miring.
5.
NA miring yang berisi isolat bakteri C diinkubasi
selama 24 jam dan dilakukan pengamatan.
B.
NA
Tegak
1.
Isolat C dipersiapkan
2.
Jarum ose lurus disterilkan.
3.
Bakteri isolat C diambil secara aseptis
dengan menggunakan jarum ose lurus.
4.
Isolat pada jarum ose ditusuk sedalam ¾
menggunakan jarum ose lurus.
5.
NA tegak yang berisi isolat bakteri C
diinkubasi selama 24 jam dan dilakukan pengamatan.
C. NA Plate
1.
Medium NA dan isolat C diambil terlebih
dahulu.
2.
Medium NA dituangkan kecawan petri.
3.
Jarum ose bulat disterilkan.
4.
Bakteri isolat C diambil secara aseptis
dengan menggunakan jarum ose bulat.
5.
Isolat pada jarum ose ditotol-totolkan
sebanyak 4 totol dengan menggunakan jarum ose bulat.
6.
NA plate yang berisi isolat C diinkubasi
selama 24 jam dan dilakukan pengamatan.
D.
Nutrient
Broth (NB)
1. Medium
NB dan isolat C diambil terlebih dahulu.
2. Jarum
ose bulat disterilkan.
3. Bakteri
isolat C diambil secara aseptis menggunakan jarum ose bulat.
4. Isolat
pada jarum ose diinokulasi ke NB dengan menggunakan jarum ose bulat.
5. NB
yang berisi isolat C diinkubasi selama 24 jam dan dilakukan pengamatan.
3.3.2
Morfologi
Sel
A. Pewarnaan Sederhana
1. Gelas
objek disterilkan terlebih dahulu.
2. Gelas
objek diteteskan dengan 1 tetes aquades
3. Bakteri
isolat C diambil secara aseptis dengan menggunakan jarum ose bulat.
4. Isolat
C pada jarum ose diinokulasi diatas gelas objek.
5. Gelas
objek yang berisi isolat C difiksasi.
6. Isolat
C pada gelas objek diteteskan dengan metilen blue dan didiamkan selama 5 menit.
7. Gelas
objek dicuci dengan menggunakan aquades.
8. Gelas
objek dikering anginkan.
9. Gelas
objek ditutup dengan cover glass dan amati dengan menggunakan mikroskop dengan
pebesaran 4 x 10.
B. Pewarnaan Gram
1.
Gelas objek disterilkan terlebih
dahulu.
2. Gelas
objek diteteskan dengan 1 tetes aquades.
3. Bakteri
isolat C diambil secara aseptis dengan menggunakan jarum ose bulat.
4. Isolat
pada jarum ose diinokulasi diatas gelas objek.
5. Gelas
objek yang berisi isolat C difiksasi.
6. Isolat
C pada gelas objek diteteskan dengan kristal violet dan didiamkan selama 1
menit.
7. Gelas
objek yang berisi isolat C dicuci dengan menggunakan aquades.
8. Gelas
objek yang berisi isolat C dikering anginkan.
9. Gelas
objek yang berisi isolat C diteteskan iodin dan didiamkan selama 1 menit.
10. Gelas
objek yang berisi isolat C dicuci dengan
menggunakan aquades.
11. Gelas
objek yang berisi isolat C dikering
anginkan.
12. Gelas
objek yang berisi isolat C ditambahkan
dengan menggunakan alkohol
13. Gelas
objek yang berisi isolat C dicuci dan dikering anginkan.
14. Gelas
objek yang berisi isolat C diteteskan safranin dan didiamkan selama 45 detik.
15. Gelas
objek yang berisi isolat C dicuci dan dikering anginkan
16. Gelas
objek yang berisi isolat C ditutup
dengan menggunakan cover glass dan amati dengan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 4x10.
C. Pewarnaan Endospora
1. Gelas
objek ditetesi Aquades sebanyak 1 tetes.
2. Endospora
diinokulasi kegelas objek dengan menggunakan jarum ose bulat.
3. Fiksasi
di dekat bunsen.
4. Gelas
objek berisi endospora ditutup dengan kertas merang dan diteteskan dengan
malachite green.
5. Gelas
objek berisi endospora diletakkan diatas air yang mendidih dan didiamkan selama
5 menit sampai mengering.
6. Setelah
dingin , gelas objek berisi endospora diteteskan dengan aquades
7. Gelas
objek berisi endospora diteteskan safranin dan didiamkan sekitar 45 detik.
8. Gelas
objek berisi endospora dicuci dan dikering anginkan.
9. Gelas
objek berisi endospora ditutup dengan cover glass dan amati dengan menggunakan
mikroskop perbesaran 4x10.
3.3.3
Uji
Biokimia
A. Hidrolisis
Pati
1. Medium
dan isolat C disediakan.
2. Medium
pati dituangkan kedalam cawan petri dan didiamkan hingga mengeras.
3. Isolat
C diambil dan ditotolkan 1 ditengah medium pati.
4. Medium
pati yang berisi isolat C diinkubasi selama 48 jam.
5. JKJ
diteteskan pada media yang telah diinokulasi isolat C.
6. Zona bening diamati.
B. Reduksi Metilen Blue
1. Medium
NB diambil terlebih dahulu.
2. Jarum
ose bulat disterilkan.
3. Bakteri
isolat C diambil secara aseptis dengan menggunakan jarum ose bulat.
4. Isolat
C pada jarum ose dicelupkan dengan menggunakan NB.
5. NB
diinkubasi selama 24 jam.
6. NB
diteteskan dengan metilen blue.
7. Hilangnya
warna biru pada metilen blue diamati.
C. Uji Katalase
1. Gelas
objek disterilkan.
2. Bakteri
isolat C diinokulasi sebanyak 1 ose dari gelas objek.
3. Gelas
objek diteteskan H2O2.
4. Isolat
diamati apakah ada atau tidak gelembung gasnya.
D. Uji Gelatin
1. Jarum
ose lurus disterilkan.
2. Bakteri
isolat C diambil secara aseptis dengan menggunakan jarum ose lurus.
3. Isolat
pada jarum ose ditusuk ¾ dalam tabung reaksi
4. Medium
gelatin diinkubasi selama 48 jam.
5. Medium
gelatin dimasukkan ke dalam kulkas selama 1 jam.
6. Pada
medium diamati terbentuk padatan atau tidak. Hasil positif menunjukkan medium
gelatin tidak dapat memadat.
E. Uji Fermentasi Karbohidrat
1). Glukosa
1. Medium
uji phenol red glukosa diambil terlebih dahulu.
2. Jarum
ose disterilkan.
3. Bakteri
isolat C dicelupkan kedalam medium glukosa dengan menggunakan jarum ose bulat.
4. Medium
glukosa diinkubasi selama 24-48 jam.
5. Perubahan
warna diamati dan adanya gas yang terbentuk.
2).
Maltosa
1. Medium
uji phenol red maltosa diambil terlebih dahulu.
2. Jarum
ose disterilkan.
3. Bakteri
isolat C dicelupkan kedalam medium maltosa dengan menggunakan jarum ose bulat.
4. Medium
maltosa diinkubasi selama 24-48 jam.
5. Perubahan
warna diamati dan adanya gas yang terbentuk.
3).
Laktosa
1. Medium
uji phenol red laktosa diambil terlebih dahulu.
2. Jarum
ose disterilkan.
3. Bakteri
isolat C dicelupkan kedalam medium laktosa dengan menggunakan jarum ose bulat.
4. Medium
laktosa diinkubasi selama 24-48 jam.
5. Perubahan
warna diamati dan adanya gas yang terbentuk.
4).
Sukrosa
1. Medium
uji phenol red sukrosa diambil terlebih dahulu.
2. Jarum
ose disterilkan.
3. Bakteri
isolat C dicelupkan kedalam medium sukrosa dengan menggunakan jarum ose bulat.
4. Medium
sukrosa diinkubasi selama 24-48 jam.
5. Perubahan
warna diamati dan adanya gas yang terbentuk.
F.
Uji
Hidrolisis Kasein
1. Medium
susu skim dan isolat bakteri C disediakan.
2. Jarum
ose bulat disterilkan.
3. Bakteri
isolat C diinokulasikan dengan cara di streak menggunakan jarum ose bulat pada medium susu skim secara aseptis,
4. Medium
susu skim yang telah berisi isolat C diinkubasi selama 4 hari lalu diamati ada
tidaknya zona bening.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A. Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Bakteri Kelas Sistematika Mikroba A
No
|
Unit Karakter (n)
|
Operational Taxonomi Unit OTU (t)
|
||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
||
Morfologi Koloni
|
|
|
||||||||
Pertumbuhan Bakteri di NA
Tegak
|
|
|
||||||||
1
|
Papilliate
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
+
|
2
|
Filiform
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
Echinulate
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Plumose
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Beaded
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
Pertumbuhan
Bakteri di NA Miring
|
|
|
||||||||
6
|
Filiform
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
Effuse
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
8
|
Spreading
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
9
|
Beaded
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
10
|
Echinulate
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
Pertumbuhan Bakteri di NA
Plate
|
|
|
||||||||
Ukuran koloni
|
|
|
||||||||
11
|
Large
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
12
|
Moderate
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
13
|
Small
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Bentuk koloni
|
|
|
||||||||
14
|
Irregular
|
+
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
15
|
Sirkular
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
Tepian
|
|
|
||||||||
16
|
Undulate
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
17
|
Entire
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
Elavasi
|
|
|
||||||||
18
|
Raised
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
19
|
Umbonate
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
20
|
Convex
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
21
|
Flat
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
Pertumbuhan Bakteri di NB
|
|
|
||||||||
22
|
Sedimen
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
23
|
Pelicle
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
24
|
Uniform turbidity
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
Morfologi Sel
|
|
|
||||||||
Pewarnaan Sederhana
|
|
|
||||||||
25
|
Basil
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
26
|
Coccus
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
27
|
Staphylococcus
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Pewarnaan gram
|
|
|
||||||||
28
|
Gram-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
29
|
Gram +
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
Uji Sifat Biokimia
|
|
|
||||||||
30
|
Hidrolisis Pati
|
+
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
31
|
Uji katalase
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
Perubahan warna
|
|
|
||||||||
Uji glukosa
|
|
|
||||||||
32
|
Glukosa ++
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
33
|
Glukosa +++
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
34
|
Glukosa ++++
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Uji maltose
|
|
|
||||||||
35
|
Maltosa +
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
36
|
Maltosa ++
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
37
|
Maltosa +++
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Uji laktosa
|
|
|
||||||||
38
|
Laktosa +
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
39
|
Laktosa ++
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
40
|
Laktosa +++
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Uji sukrosa
|
|
|
||||||||
41
|
Sukrosa +
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
42
|
Sukrosa ++
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
43
|
Sukrosa +++
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
44
|
Sukrosa ++++
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Gelembung glukosa
|
|
|
||||||||
45
|
Tidak ada gelembung
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
46
|
Gelembung sedikit
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
47
|
Gelembung sedang
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
48
|
Gelembung banyak
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
Gelembung maltose
|
|
|
||||||||
49
|
Tidak ada gelembung
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
50
|
Gelembung sedikit
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
51
|
Gelembung sedang
|
+
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
52
|
Gelembung banyak
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
-
|
Gelembung Laktosa
|
|
|
||||||||
53
|
Tidak ada gelembung
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
54
|
Gelembung sedikit
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
55
|
Gelembung sedang
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
56
|
Gelembung banyak
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
B. Perhitungan Indeks
Similaritas
1).
Perhitungan Jaccard Coefficient (SJ)
2).
Perhitungan Simple Maching Coefficient
(SSm)
\
4.2
PEMBAHASAN
Praktikum
sistematika mikroba ini menggunakan prosedur analisis taksonomi numerik –
fenetik. Taksonomi numerik- fenetik merupakan satu cara untuk mendapatkan suatu
hasil klasifikasi yang objektif berdasarkan sebanyak-banyaknya karakter dan
proses penataan organisme ke dalam suatu kelompok (takson) berdasarkan hubungan
kemiripan (nilai similaritas) secara kuantitatif (Pelczar
2005). Strain bakteri yang digunakan yaitu strain A, B, C,
D, E , F ,G , H dan I. Masing masing strain tersebut di karakterisasi dengan
pengamatan dan pengujian. Pengamatan meliputi sifat morfologi, baik koloni
maupun sel dan dilanjutkan dengan pengujian sifat biokimia. Karakter – karakter
yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebanyak 56 karakter.
Kelebihan Taksonomi
numerik didasarkan atas analisis kuantitatif dan lebih bersifat objektif.
Penggunaan taksonomi numerik sering dilakukan dalam klasifikasi dan
identifikasi mikrobia khususnya bakteri (Sembiring 2002). Kelemahan
metode taksonomi numerik fenotipik terkait tingkat repsodusibilitasnya, metode
fenotik memberikan hasil yang berbeda-berbeda apabila diulang, sehingga
dianggap kurang handal (Ristiati 2000).
Berdasarkan
unit karakter yang telah diamati, didapatkan konstruksi dendogram dari
perhitungan Ssm merupakan koefisien
similaritas yang umum digunakan pada ilmu bakteriologi untuk mengukur proporsi
karakter yang sesuai, baik hubungannya bersifat ada (positif) maupun tidak ada
(negatif). Sedangkan Jaccard Coeficient (SJ) dihitung, tanpa memperhitungkan karakter
yang tidak dimiliki oleh kedua organisme tersebut (Pelczar
2005). Menurut
Lay (1994) tingkat kepercayaan lebih baik menggunakan Ssm karena tidak
mengabaikan karakter yang tidak ada pada masing-masing strain dan persentase
kemiripan ≥70%, dimana (-) pada kedua strain tetap dihitung. Sedangkan pada Sj
mengabaikan karakter yang tidak ada pada kedua strain tersebut, dimana nilai
(-) tidak dihitung dan persentase kemiripan ≤ 70%.
Berdasarkan
hasil perhitungan nilai similaritas dengan menggunakan Ssm maka strain bakteri
yang di amati dapat di golongkan menjadi dua species karena memiliki beberapa
sifat yang berbeda dan nilai similaritasnya ≥ 70%. Jumlah spesies bakteri SJ adalah sebanyak 8
spesies sedangkan dengan metode SJ sebanyak 1 spesies.
Berdasarkan hasil praktikum sistematika
mikro ini dilakukan pengamatan yaitu morfologi koloni, morfologi sel dan uji
biokimia.
4.2.1 Morfologi Koloni
Pada praktikum
morfologi koloni ada 3 uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi suatu bakteri,
yang dilihat adalah pertumbuhan bakteri yaitu NA Tegak, NA Miring, NB Plate dan
NB Cair. Morfologi yang diamati adalah dari perumbuhan, bentuk pertumbuhan,
ukuran koloni, bentuk koloni, tepian koloni dan elevasi koloni tersebut.
1. NA Tegak
Pada
NA tegak yang telah diinkubasi dengan beberapa isolat selama 24 jam.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada bakteri yang ditumbuhkan dari
beberapa isolat bakteri, strain bakteri didapatkan hasil yaitu pada medium NA
tegak pada isolat B, isolat D, isolat E, isolat G, isolat I bentuk pertumbuhan Papilliate.
NA tegak pada isolat A bentuk pertumbuhan Filiform.
Pada isolat C bentuk pertumbuhan Echinulate yang mana pertumbuhan
merata.
NA tegak pada isolat F bentuk pertumbuhan Plumose.
NA tegak pada isolat H bentuk pertumbuhan Beaded.
2. NA Miring
Hasil pertumbuhan strain bakteri
pada NA miring didapatkan beragam bentuk, yang telah diinkubasikan selama 24
jam. Pertumbuhan strain bakteri pada NA miring berbentuk Spreading
didapatkan pada isolat C, isolat D, isolat E, isolat F dan isolat G. Pertumbuhan strain bakteri pada NA
miring berbentuk Filiform
didapatkan pada isolat A. Pada isolat B dan isolat I bentuk pertumbuhan
NA miring Effuse. Pada isolat F bentuk pertumbuhan NA miring Beaded. Pada
isolat H bentuk pertumbuhan NA miring Echinulate.
3. NA plate
Pertumbuhan Bakteri di NA Plate yang telah
diinkubasikan selama 24 jam dilihat dari ukuran koloni pada ukuran koloni Large
terdapat pada isolat H, ukuran koloni Moderate terdapat pada isolat A, isolat
B, isolat C, isolat D, isolat F, isolat G dan isolat H. Isolat E berukuran
koloni small. Terdapat 2 bentuk koloni yaitu bentuk Irregular pada isolat A,
isolat D, isolat E, isolat F, isolatG dan isolat H. Bentuk sirkular terdapat
pada isolat B, isloat C dan isolat I. Pada isolat A, isolat B, isolat C, isolat
D, isolat E, isolat F, isolat H dan isolat I bentuk tepian yaitu Undulate.
Bentuk tepian Entire terdapat pada isolat G. Elevasi pada isolat A, isolat B,
isolat C dan isolat H berbentuk Raised. Isolat D dan isolat G bentuk elevasi
yaitu Umbonate. Convex adalah bentuk elevasi pada isolat E dan elevasi pada
isolat F dan isolat I berbentuk Flat.
4. NB Cair
Pertumbuhan
Bakteri di NB yang tidak di berikan metilen blue menunjukan pada isolat A,
isolat D dan isolat G terbentuk sedimen. Pelicle terbentuk pada isolat B,
isolat C, isolat E, isolat F dan isolat H. Pada isolat I adanya terbentuk
uniform turbidity.
4.2.2
Morfologi Sel
1. Pewarnaan Sederhana
Hasil
pewarnaan sederhana pada sel dari setiap isolat menunjukan adanya 3 bentuk
yaitu basil, coccus dan staphylococcus. Isolat A, isolat B dan isolat D
menunjukan bentuk basil dari hasil pewarnaan. Bentuk coccus terdapat pada
isolat C, isolat F, isolat G, isolat H dan isolat I. Bentuk staphylococcus
didapatkan pada isolat E. Pewarnaan sederhana pada isolat praktikan yaitu isolat
C menunjukan bentuk coccus dengan perbesaran 4x10. Pewarnaan sederhana ini
hanya menggunakan satu larutan pewarnaan yaitu metilen blue yang bersifat
alkolin dan termasuk kedalam pewarnaan
Asam merupakan pewarnaan yang
menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat dan
mengetahui bentuk sel bakteri yang diamati dimikroskop (Waluyo 2004).
2. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah
satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas di gunakan untuk
mengidentifikasi bakteri (Pelczar 2005). Hasil pewarnaan gram menunjukan gram positif
terdapat pada isolat A, isolat B, isolat C, isolat F dan isolat H. Pada gram
negatif terdapat pada isolat D, isolat F, isolat G dan isolat I. Pada
isolat praktikan yaitu isolat C didapatkan hasil yaitu bakteri berwarna ungu
yang menandakan strain bakteri C
termasuk kedalam bakteri gram positif dengan bentuk coccus pada
perbesaran 40x10. Pada pewarnaan gram terdapat dua kemungkinan yaitu bakteri
gram postif dan negtaif Perbedaan warna
ini di sebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Kristal
violet digunakan sebagai pewarna utama yang akan mewarnai seluruh permukaan sel
bakteri gram positif dan negatif. Larutan mordant (lugol iodin) menyebabkan
adanya ikatan cv dengan iodin yang meningkatkan afinitas. Penetesan ethanol
absolut menyebabkan terbentuknya pori-pori pada gram negatif yang memiliki
banyak lapisan lemak. Safranin sebagai warna penutup dimana safrani akan
mewarnai set gram negatif menjadi bewarna merah sedangkan gram positif tidak terpengaruh
countersain hanya sebagai pengontras saja. (Pelczar 2005).
3.
Pewarnaan Endospora
Pewarnaan
spora adalah salah satu pewarnaan dengan menggunakan malachite green dan
safranin yang dalam hasil pewarnaannya akan muncul warna hijau pada spora dan mewarnai
sel vegetatif bakteri. Malachite green digunakan untuk mewarnai sel vegetatif
bakteri. Endospora sukar menyerap zat warna, sekali diberi zat warna warna
tersebut sulit dilunturlkan. Pemanasan digunakan untuk mempermudah penetrasi
malachite green ke dinding spora. Safranin akan mewarnai sel vegetatif menjadi
warna merah tetapi tidak mempengaruhi warna hijau endospora. Tidak semua
bakteri menghasilkan spora, hanya bakteri tertentu saja Bacillus, Clostridium
dan Sporosarcina (Pelczar 2005). Pada
praktikum pewarnaan endospora tidak tampak endospora pada strain bakteri A,
strain bakteri B, strain bakteri C, strain bakteri D, strain bakteri E, strain
bakteri F, strain bakteri
G, strain bakteri H dan strain bakteri I yang diamati.
4.2.3
Uji Biokimia
1. Hidrolisis Pati
Uji
hidrolisis pati adalah untuk melihat kemampuan bakteri dalam menghidrolisis
pati dengan cara menghasilkan enzim amilase. Hidrolisis pati menggunakan
larutan JKJ yang berfungsi sebagai indikator adanya larutan amilum. Hidrolisis
pati akan muncul adanya zona bening di
sekitar koloni bakteri menunjukkan positif hidrolisis pati (Dwidjoseputro
2005).
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan ditemukannya zona bening pada isloat A,
isolat C, isolat E, isolat F, isolat H dan isolat I menunjukan bahwa bakteri
positif terhadap hidrolisis pati. Terdapat bakteri negatif terhadap hidrolisis
pati yaitu isolat B, isolat D, isolat G yang menunjukan bahwa tidak terdapat
zona bening. Hal tersebut dikarenakan pada saat pengambilan isolat bakteri
kurang aseptis dan kurang ketelitian dalam mengamati.
2. Uji Reduksi Metilen Blue
Percobaan
uji methylen blue hasil postif bagi reduksi methylen blue ditandai dengan
hilangnya warna biru. Semakin banyak jumlah bakteri yang terdapat dalam medium
cair yang dicampurkan dengan metilen blue maka akan makin semakin cepat
hilangnya warna biru dari metilen blue (Dwidjoseputro 2005). Pada uji metilen
blue hasil dari setiap isolat menunjukan negatif, tidak terjadinya perubahan
warna dari biru menjadi bening pada medium NB yang berisi strain bakteri. Hal
tersebut terjadi, dikarenakan pada pengambilan isolat bakteri kurang ketelitian
dan kurang aseptis.
3. Uji Katalase
Uji
katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui
termasuk bakteri aerob, anaerob fakultatif atau anaerob obligat. Bakteri
menghasilkan hidrogen peroksida yang sebenarnya beracun bagi bakteri. Bakteri
tetap hidup dengan adanya antimetabolit, baketri mengubah hidrogen peroksida
menjadi air dan oksigen dengan reaksi sebagai berikut:
2H2O2 2H2O + O2
Larutan H2O2 berfungsi untuk
mengetahui ada tidaknya gelembung udara pada bakteri (Waluyo 2004). Berdasarkan hasil percobaan uji
katalase negatif terdapat pada isolat A,
isolat B, isolat C, isolat D, isolat E, isolat F, isolat H dan isolat I yang
artinya tidak adanya gelembung bagi reduksi H2O2. Isolat G
menunjukan hasil positif adanya
gelembung.
4. Uji Gelatin
Uji
gelatin berfungsi menunjukkan kemampuan bakteri dalam hidrolisis gelatin.
Gelatin yang telah dicerna oleh bakteri tidak mampu membentuk gel dan bersifat cair. Actobacillus
plantarum merupakan salah satu jenis BAL homofermentatif dengan temperatur
optimal lebih rendah dari 37oC (Frazier dan Westhoff, 1988). L. plantarum berbentuk
batang (0,5-1,5 s/d 1,0-10 _m) dan tidak bergerak (non motil). Bakteri ini
memiliki sifat katalase negatif, aerob atau fakultatif anaerob, mampu
mencairkan gelatin, cepat mencerna protein, tidak mereduksi nitrat, toleran
terhadap asam, dan mampu memproduksi asam laktat. Dalam media agar, L.
plantarum membentuk koloni berukuran 2-3 mm, berwarna putih opaque,
conveks, dan dikenal sebagai bakteri pembentuk asam laktat (Lehninger 1995).
Hasil percobaan adalah negatif pada semua strain bakteri artinya gelatin tetap
padat dan bakteri tidak mampu mencairkan gelatin. Hal ini dapat disebabkan pada
saat pengambilan isolat bakteri kurang aseptis dan kurang ketelitian dalam
mengamati.
5. Uji Hidrolisis Kasein
Uji
kasein bertujuan untuk mendeteksi adanya pembentukan asam bakteri yang
disebabkan oleh aktivitas bakteri yang bersifat mesofilik. Pada uji kasein
hasil positif ditunjukkan adanya zona jernih disekitar koloni. Berdasarkan
pengamatan dari semua isolat dari kelas A susu kasein setelah inkubasi selama 4
hari tidak ditemukan zona bening disekitar koloni bakteri hal ini dikarenakan
pada saat pengambilan isolat bakteri dan dilakukan streak pada medium susu skim
kurang aseptis dan kurang ketelitian dalam mengamati.
6. Fermentasi Karbohidrat
Uji
fermentasi karbohidrat adalah untuk melihat kemampuan bakteri dalam
memfermentasikan karbohidrat yang ditandai dengan perubahan warna dan adanya
gelembung udara. Tabung durham digunakan untuk mengikat oksigen. Phenol red
digunakan untuk menentukan adanya fermentasi campuran. Uji fermentasi
karbohidrat dilakukan selama 24 jam dan 48 jam dimana pada perubahan warna uji
glukosa menunjukan isolat D memiliki glukosa ++ dan glukosa +++ terdapat pada
isolat B, isolat C, isolat F, isolat G, isolat H dan isolat I. Pada glukosa ++++ didapatkan pada isolat A dan
isolat E. Perubahan warna uji maltosa pada isolat D, isolat G dan isolat H
memiliki maltosa +. Maltosa ++ terdapat pada isolat B, isolat C, isolat F dan isolat
I. Isolat A menunjukan adanya maltosa +++. Uji laktosa pada isolat B, isolat C,
isolat E, isolat F dan isolat I menunjukan laktosa + dan laktosa ++ terdapat
pada isolat G dan isolat H. Laktosa +++ ditemukan pada isolat A. Uji Sukrosa
hanya dilakukan 24 jam, hal ini disebabkan terjadinya kesalahan teknis pada
saat penyimpanan sukrosa, sehingga data yang ada hanya dalam waktu 24 jam.
Isolat A memiliki warna larutan sukrosa + dan sukrosa ++ terdapat pada isolat
B. Isolat C dan isolat D memiliki warna larutan sukrosa +++ dan isolat F,
isolat G, isolat H dan isolat I terdapat warna larutan sukrosa ++++.
Isolat I tidak ditemukan adanya
gelembung glukosa. Gelembung glukosa sedikit terdapat pada isolat B dan isolat
C. Isolat D dan isolat H memiliki gelembung glukosa sedang. Gelembung glukosa
banyak terdapat pada isolat A, isolat E, isolat F dan isolat G. Isolat B,
isolat C dan isolat G tidak ditemukan
adanya gelembung maltosa. Gelembung maltosa sedikit terdapat pada isolat G.
Isolat A, isolat D dan isolat E memiliki gelembung maltosa sedang. Gelembung maltosa
banyak terdapat pada isolat F dan isolat H. Isolat B, isolat C, isolat G dan
isolat I tidak ditemukan adanya gelembung laktosa. Gelembung laktosa sedikit
terdapat pada isolat E. Isolat A, isolat F dan isolat G memiliki gelembung
maltosa sedang. Gelembung maltosa banyak terdapat pada isolat H.
V.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Pada praktikum
ini menggunakan metode taksonomi numerik – fenetik dan data yang ditemukan
sebanyak 56 karakter.
2.
Perhitungan
nilai similaritas masing-masing karakter menggunakan dua cara yaitu Simple Matching
Coeficient (Ssm) dan Jaccard coeficient(Sj).
3.
Berdasarkan
hasil analisis dendogram Simple Matching Coeficient (Ssm) didapatkan 6 spesies.
4.
Strain bakteri
yang digunakan yaitu strain A, B, C, D, E , F ,G , H dan I. Masing masing strain tersebut di karakterisasi
dengan pengamatan dan pengujian. Pengamatan meliputi sifat morfologi, baik
koloni maupun sel dan dilanjutkan dengan pengujian sifat biokimia.
5.
Morfologi koloni
NA tegak didapatkan bentuk yang paling
banyak adalah papilliaite. NA miring bentuk yang banyak adalah spreading. NB
plate umum koloni sedang, bentuk koloni terdapat banyak irregular, bentuk
tepian yang banayk dijumpai undulate dan elevasi paling banayk ditemukan
berbentuk raised. NB cair berbentuk pelicle yang banyak ditemukan.
6.
Morfologi sel pada
pewarnaaan sederhana didaptkan 3 bentuk sel yaitu Basil, Coccus dan
Staphaylococcus. Pwarnaan gram didaptkan gram positif terdapat pada isolat A, isolat B, isolat C, isolat F dan
isolat H. Pada gram negatif terdapat pada isolat D, isolat F, isolat G dan
isolat I. Tidak ditemukan
endospora pada semua isolat strain bakteri.
7.
Uji hidrolisis
pati zona
bening pada isloat A, isolat C, isolat E, isolat F, isolat H dan isolat I
menunjukan bahwa bakteri positif terhadap hidrolisis pati. Terdapat bakteri
negatif terhadap hidrolisis pati yaitu isolat B, isolat D. Pada Reduksi metilen blue hasil yang didapatkan
untuk semua isolat bakteri negatif. Uji katalase hasil positif hanya terdapat
pada isolat G. Uji gelatin menunjukan hasil negatif pada semua isolat, Lactobacillus plantarum yang mampu
mencairkan gelatin. Hidrolisis pati tidak menunjukan zona bening pada semua
isolat. Fermentasi Karbohidrat pada uji
warna glukosa +++ terdapat 6 isolat, uji warna maltosa +++ terdapat pada isolat
A, uji warna laktosa isolat D tidak menunjukan adnya perubahan warna. Uji warna
sukrosa hanya dilakukan 24 jam saja, pada isolat praktikan Isolat C
bergelembung dan terjadi perubahan warna ++.
8.
Banyak
ditemukannya karakter yang negatif menunjukkan bahwa proses pelaksanaan
pengambilan isolat bakteri kurang aseptis dan kurangnya ketelitian dalam
mengamati karakter dari bakteri tersebut.
daftar pustakanya tidak ada ya kak?
BalasHapus